PENJUAL ES TONTONG
PENJUAL
ES TONTONG Tong.....tong...tong.....terdengar
suara seperti gong lewat di depan rumahku,tiba-tiba tanpa aba aba aku dan
temanku berlari keluar dengan berteriak ”eeeeeessssss”.Dengan uang lima ratus
rupiah ditangan kami masing-masing kami berlari ketukang es,dia menyambut kami
dengan ramah dan melayani setiap permintaan rewel dan t
ak sabaran kami dengan
senyum,dia dengan santai dan sepertinya sudah terbiasa melayani
malaikat-malaikat kecil nakal yang memberinya rezki di siang yang terik pada
hari itu.
Itulah acara rutinku
pada hari senin,rabu,dan jumat saat aku berusia lima tahun.Aku dan teman-teman
setiap jam satu siang merengek-rengek pada orang tua kami meminta uang lima
ratus rupiah untuk membeli es yang kami sebut es tongtong,karena kalau dia lewat
berbunyi tong....tong...tong.Aku akan merasa gembira jika orang tuaku mau
memberi ku uang untuk membeli es ini walaupun kadang kala aku kena jewer saat
dilarang makan es karena flu dan aku tetap rewel meminta uang,akan tetapi ini adalah
suatu mozaik kenangan yang tak akan pernah kulupakan seumur hidupku.Hal itu
terus berlanjut sampai aku remaja walaupun aku membelinya tak rutin dalam
seminggu akan tetapi aku selalu membeli setidaknya sekali dalam satu bulan.
Penjual es tongtong ini
adalah lelaki separuh baya berumur empat puluhan bernama pak Warsito.Dia
mengendarai sepeda dengan dua wadah bulat berisi es krim beku didalamnya.Saat
dia lewat dia akan menghidupkan alarm yang membuat telinga anak –anak berdiri
saat mendengarnya yaitu talempong yang dia pukul dengan tongkat kayu sehingga
menghasilkan bunyi tong..tong...tong (talempong adalah alat musik tradisional
Sumatera Barat menghasilkan bunyi dengan cara dipukul).Jika ada pembeli dia
akan bertanya pakai kerupuk atau pakai roti?,jika pakai kerupuk maka dia ambil
kerupuk yang sudah dibentuk sedimikian rupa untuk es krim dan dia akan mengabil
es krim dengan sendok khusus slurp...slurp suara sendok beradu dengan es krim
dan dia akan menupuk es krim itu di kerupuk..mmmh nikmat sekali teman,begitu
pula jika dengan roti maka dia mengambil roti hambar dan meletakkan eskrim
tongtong dan melipatnya,inipun tak kalah nikmatnya.
Es tongtong karya Pak
Warsito merupakan karya yang luar biasa menurutku.Rasa dari eskrim tongtong pak
Warsito memiliki ciri khas yang tak akan kita temui pada es krim
lainnya.Kadang-kadang dia bereksperimen dengan rasa es krimnya yang membuat
orang tak hanya anak-anak penasaran dan tak bosan dengan es krim
buatannya.Setiap minggunya dia membawa eskrim dengan rasa yang
berbeda,kadang-kadang rasa cendol,rasa mangga,durian dan nangka.Hal tersebut
juga menjadi faktor es krim Pak Warsito selalu ditunggu.
Awalnya aku tidak
peduli dengan Pak Warsito.Melihat dia membawa es krim dan aku membeli es
krimnya kemudian menikmati es krim tersebut sudah merupakan hal yang cukup
memuaskan bagiku.Akan tetapi saat aku menginjak usia remaja aku mulai penasaran
kepada sosok Pak Warsito.Bagaimana tidak,Pak Warsito itu bukan warga kampung
kami tapi dia sudah dikenal oleh warga kampung dengan kelezatan es krimnya.Aku
menjadi sangat penasaran dengan Pak Warsito maka aku bertanya pada penduduk
kampung yang kurasa pernah berbincang dengan Pak warsito.
Aku mulai bertanya pada
warga,hasilnya memang tidak memuaskan karena informasi yang kudapatkan tidak
banyak,karena Pak Warsito adalah orang pendiam,yang banyak bicara hanyalah
senyumannya.Kata-kata yang keluar dari mulutnya hanya sedikit tapi ramah yang
membuat orang senang membeli eskrim darinya.Tetapi satu yang baru ku
ketahui,dan fakta yang sangat mengejutkanku,tempat tinggalnya lebih kurang enam
puluh kilometer jaraknya dari rumahku,jadi jika dia berjualan hanya sampai
kampungku berarti dia mengendarai sepeda lebih kurang seratus dua puluh kilo
meter bolak balik kerumahnya.Aku tidak percaya,mungkin itu hanya omongan
orang,menurutku tak mungkinlah orang yang sudah tua seperti dia mampu mengayuh
sepeda sejauh itu,apalagi kuperkirakan umurnya lima puluhan karena selama yang
ku ketahui dia berjualan es krim semenjak aku berumur lima tahun,semua ini
seharusnya langsung ku klarifikasi ke orangnya langsung.Maka hari itu
kuputuskan jika aku bertemu penjual es tongtong ini akan kutanyakan langsung.
Aku mulai mencari cara
berbincang dengan Pak Warsito si penjual es tontong.Sudah kutunggu beberapa
hari batang hidungnya tidak kelihatan.Selama beberapa satu minggupun sosok
penjual es krim yang biasanya memukul talempong sebagai tanda kehadirannya dan
es krim pusakanya ini masih tidak kelihatan,”kemana penjual eskrim tontong
ini”pikirku.Aku berpikir mungkin dia sakit hingga dia tak sanggup mengayuh
sepeda,atau mungkin dia sudah bosan menjadi tukang es krim,karena dia sudah
berjualan sekian belas tahun,atau kemungkinan terburuk dia sudah
meninggal.Ah,kalau memang demikian maka pupuslah harapanku untuk mengetahui
siapa pria yang seakan-akan telah mewarnai masa kanak-kanak kami.
Satu bulan kemudian aku
sudah mulai lupa akan sipenjual es tontong ini,aku mulai sibuk dengan urusan
sekolahku.Pada suatu waktu waktu aku baru pulang sekolah,kebetulan aku jalan
kaki,tiba-tiba dibelakangku terdengar bunyi yang sangat familiar,musik klasik
yang waktu kami kecil membuat kami meronta-ronta minta
uang,tong.....tong...tong.Langsung aku berbalik,aku melihat dibelakangku
penjual es tontong Pak Warsito sedang melayani ibu dan anak kecil berumur
sekitar enam tahun yang kelihatannya tak sabaran ketika penjual es tontong
mengambilkan es untuknya.Pas selesai es diambilkan,anak kecil tersebut langsung
menyerobot es tersebut dan lari,ibu itu mengeluarkan uang tergesa gesa dan
setelah membayar langsung lari mengejar anaknya yang rewel tersebut.Pak Warsito
hanya tersenyum melihat drama reality show dari ibu dan anak itu,mungkin hal
itulah salah satu hiburan dalam pekerjaannya yang berat ini.
Melihat Pak Warsito
entah kenapa aku jadi bahagia.Aku tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini aku
ingin bertanya tentang siapa penjual es tontong ini sebenarnya,maka ketika aku
mulai mendekat tiba-tiba anak anak sekitar lima orang datang mengerubungi
dagangan Pak Warsito.”Ah, aku harus menunggu watu yang tepat”pikirku.Aku
menunggu penjual es tontong ini selesai dengan para pembelinya.Baru saat dia
selesai aku mendekat dan membeli es krim sebagai pembuka pembicaraan.
‘pak
es krim pakai kerupuk satu”ujarku
Boleh”ujarnya.Eh pak ngomong-ngomong
kok bapak gak jualan satu bulan ini?bapak sakit?”sambungku
“Oh
nggak nak,kemaren bapak habis menghadiri acara wisuda anak bapak,kan dia baru
lulus dari kuliah”ujarnya.
Anak
bapak kuliah?”tanyaku,aku merasa takjub anaknya bisa dia kuliahkanIya,
dia
kemaren baru lulus dari UNPAD jurusan kedokteran,alhamdulilah dia menyusul
kakanya yang sudah lulus tiga tahun yang lalu,sekarang tanggungan saya masih
ada satu kuliah di UNRI jurusan
Perikanan’ujarnya lagi
Wah ini merupakan kejutan yang sangat
besar untukku bagaimana seorang kakek tua mengkuliahkan tiga anaknya hanya
dengan berjualan es.
Wah
bapak hebat ya dengan berjualan es krim bisa menyekolahkan anak bapak”ujarku
Emang
uang hasil penjualan eskrim ini tidak banyak,akan tetapi semua anaka saya sadar
diri,sehingga dia sekolah dengan sungguh-sungguh,alhasil saat mereka sekolah
dan kuliah mereka dapat beasiswa saya bisa terbantu,walaupun demikian
setidakanya uang es krim inilah yang mengantarkan mereka jadi sarjana seperti
sekarang ini
Sekarang aku betul-betul kagum kepada
sosok bapak Warsito,lau aku masih penasaran dan bertanya lagi... Rumah
bapak diamana?
Saya
tinggal di kampung Rejo ujarnnya
Ternyata benar tempat tinggal bapak ini
adalah di daerah yang jaraknya lebih kurang enam puluh kilometer dari
tempatku,jauh sekali dia mengendarai sepeda,kemudian aku bertanya lagi
"Kenapa
bapak masih pakai sepeda,padahal bapak bisa membeli motor mengingat anak bapak
yang sudah jadi dokter?,kenapa tak minta dibelikan....Jawaban dari pertanyaanku ini ternyata
cuukup mengejutkan,,
dengan senyum Pak Warsito berkata”jika aku ingin membeli
motor nak,hari ini juga bisa kudapatkan dari anakku atau hasil tabungannu
selama aku menjual es krim,akan tetapi jika aku memakai motor saat berjualan
tentu aku akan sulit mendengar para pembeli ingin membeli eskrimku,aku tentu
akan sulit mendengar suara anak-anak tertawa ketika aku lewat,karena kau tau
motor itu berisik.Satu lagi aku cinta alam ini jadi mengurangi polusi
udara he...he.he. Dia
tertawa dan berlalu,aku tertegun di tempat,orang setua dia masih meu dan bisa
mengendarai sepeda dengan jarak sejauh itu,padahal aku belum tentu dan mungkin
tak kuat mengendarai sepeda dengan jarak lebih kurang enam puluh kilometer,satu
lagi penjual es tontong itu menyindir aku dan anak muda lainnya yang manja
dengan teknologi,bahkan saking manjanya jalan saja dia malu.Mau kesuatu tempat
hanya berjarak sepuluh meter dia naik motor.Mau jadi apa bangsa ini,dengan anak
muda seperti itu Indonesia nantinya tentu akan memiliki pemimpin yang pemalas
dan manja.